Kerajaan Sriwijaya tidak
terdengar asing bagi kita, karena pernah mendapatkan materinya pada
saat pelajaran sejarah sewaktu SMP dan SMA. Seluas apakah kekuasaan
Sriwijaya? Perlu kalian ketahui, kekuasaan kerajaan ini terdiri dari
wilayah seperti seluruh pulau Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Semenanjung Malaya, Thailand bagian selatan, dan Kamboja.
Kata "Sriwijaya" berasal dari bahasa Sansekerta, Sri artinya "Gemilang"
atau "Bercahaya", sementara wijaya maknanya "Kejayaan/Kemenangan". Dapat
kita analisis bahwa Sriwijaya berarti "Kejayaan kemenangan yang
gemilang".
Kata Sriwijaya dijumpai pertama kali pada Prasasti Kota Kapur yang
ditemukan di pulau Bangka. Berdasarkan informasi dari wikipedia,
dijelaskan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke 7 (tujuh),
bukti mengenai keberadaan bisa kita ketahui dari beberapa
peninggalannya, termasuk prasasti Kedukan Bukit. Munculnya Sriwijaya
sebagai sebuah kerajaan telah mengalihkan perhatian para ahli sejarah
Indonesia dari kerajaan Mataram.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Beberapa orang terkadang menyimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan
Sriwijaya di Nusantara masih menjadi misteri, pendapat tersebut
disebabkan karena sumber sejarah kerajaan Sriwijaya masih tidak cukup
untuk menggambarkan sejarah dari awal hingga keruntuhan (akhir).
Bukti fisik Sriwijaya masih belum banyak ditemukan, terlebih lagi tidak ada catatan lebih lanjut terkait dengan Sejarah Kerajaan Sriwijaya. Bahkan sebelum tahun 1920, orang Indonesia modern belum ada yang mendengar mengenai Sriwijaya, sejarahnya benar-benar terlupakan. Baru setelah tahun 1920an diangkat kembali oleh sarjana asing.
Sriwijaya adalah kerajaan terbesar di Nusantara pada abad ke 20, sekaligus menjadi simbol kebesaran Pulau Sumatera pada saat itu. Ada beberapa sebutan atau julukan terkait dengan nama "Sriwijaya", seperti Javadeh dan Yavadesh (dalam bahasa Pali dan Sanskerta). Sementara itu, orang Tiongkok atau Tionghoa menyebutnya dengan nama San Fo Qi atau San Fo Ts'i dan Li Fo Shih. Ada juga Zabaj (Arab) dan Melayu (Khamer). Banyaknya nama merupakan salah satu kendala sulitnya menemukan kerajaan Sriwijaya.
Kemudian pada peninggalan lain berupa prasasti dengan nama "Kota Kapur" berangka tahun 686 menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah menguasai wilayah seperti Lampung, Belitung, Sumatera Selatan dan Pulau Bangka. Isi lain menceritakan tentang ekspedisi militer ke Bhumi Jawa (Pulau Jawa) yang bertujuan untuk melakukan penaklukan terhadap kerajaan yang ada. Bila mengacu pada tahun tersebut, maka ekspedisi ini bersamaan dengan runtuhnya kerajaan besar seperti Kalingga dan Tarumanegara di Jawa.
Bukti fisik Sriwijaya masih belum banyak ditemukan, terlebih lagi tidak ada catatan lebih lanjut terkait dengan Sejarah Kerajaan Sriwijaya. Bahkan sebelum tahun 1920, orang Indonesia modern belum ada yang mendengar mengenai Sriwijaya, sejarahnya benar-benar terlupakan. Baru setelah tahun 1920an diangkat kembali oleh sarjana asing.
Sriwijaya adalah kerajaan terbesar di Nusantara pada abad ke 20, sekaligus menjadi simbol kebesaran Pulau Sumatera pada saat itu. Ada beberapa sebutan atau julukan terkait dengan nama "Sriwijaya", seperti Javadeh dan Yavadesh (dalam bahasa Pali dan Sanskerta). Sementara itu, orang Tiongkok atau Tionghoa menyebutnya dengan nama San Fo Qi atau San Fo Ts'i dan Li Fo Shih. Ada juga Zabaj (Arab) dan Melayu (Khamer). Banyaknya nama merupakan salah satu kendala sulitnya menemukan kerajaan Sriwijaya.
Awal Berdirinya Sriwijaya
Berdasarkan sumber catatan I Tsing, Kerajaan Sriwijaya sudah ada sejak tahun 671 Masehi. Kemudian dalam isi Prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 682 menyebutkan bahwa Dapunta Hyang merupakan pemimpin atau raja pada saat itu. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Maritim sekaligus pusat perdagangan di Asia Tenggara, khususnya Nusantara.Kemudian pada peninggalan lain berupa prasasti dengan nama "Kota Kapur" berangka tahun 686 menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah menguasai wilayah seperti Lampung, Belitung, Sumatera Selatan dan Pulau Bangka. Isi lain menceritakan tentang ekspedisi militer ke Bhumi Jawa (Pulau Jawa) yang bertujuan untuk melakukan penaklukan terhadap kerajaan yang ada. Bila mengacu pada tahun tersebut, maka ekspedisi ini bersamaan dengan runtuhnya kerajaan besar seperti Kalingga dan Tarumanegara di Jawa.
Pusat Kerajaan Sriwijaya
Menurut isi Prasasti Kedukan Bukit, kedatuan Sriwijaya didirikan pertama kali di tepi Sungai Musi, Palembang (sekarang). Sementara itu, pada teori Palembang dengan tokoh pelopor bernama Coedes dan Pierre Yvs Manguin, mereka berpendapat bahwa selain Palembang ada daerah lain yang diduga sebagai pusa ibu kota kerajaan Sriwijaya seperti di Muara Takus dekat Sungai Kampar di Riau dan dekat Sungai Batanghari Muaro Jambi.Baca : Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Penguasa atau Raja di Kerajaan Sriwijaya disebu Maharaja atau Dapunta Hyang. Jabatan-jabatan lain dibawah raja seperti putra mahkota (Yuvaraja), putra mahkota 2 (Pratiyuvaraja) dan pewaris-pewaris selanjutnya disebut (Rajakumara). Informasi terkait dengan kehidupan politik dapat kita ketahui dari isi prasasti Telaga Batu. Disitu dijelaskan mengenai struktur jabatan dalam pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.Selain berisi jebatan dalam struktur pemerintahan, diceritakan juga mengenai kutukan raja bagi yang menentangnya dan kehidupan sosial ekonomi berupa pekerjaan yang ada pada saat itu.
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Setiap kerajaan pasti mengalami masa keemasan, demikian halnya dengan
Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan buku Sejarah Nasional Indonesia jilid II
disitu dijelaskan bahwa Sriwijaya mengalami masa kejayaan saat Raja
Balaputradewa berkuasa. Saat itu, Kerajaan Sriwijaya melakukan hubungan
baik dengan kerajaan dari India, hubungan baik ditandai dengan
dikirimnya pendeta dari Sriwijaya ke India. Balaputradewa kemudian
mengajukan kepada raja tersebut untuk membangun biara bagi para Pendeta
Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha di Asia Tenggara. Lokasi yang strategis membuat rute jalur laut dimanfaatkan sebagai salah satu pemasukan ekonomi, setiap kapal lewat akan dikenai biaya bea cukai.
1. Palas Pasemah
Prasasti ini berisi tigabelas kalimat yang menggunakan bahasa melayu kuno, berhasil ditemukan di desa Palas Pasemah tepatnya di sekitar daerah rawa.
2. Hujung Langit
Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya kedua ini dibuat sekitar tahun 997 masehi, ditemukan di desa Haur Kuning, isinya berupa kisah pemberian tanah oleh raja Sima.
3. Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir pulau bangka, isinya berupa kutukan bagi siapa saja yang membantah sang raja dan struktur pemerintahan kerajaan.
4. Talang Tuo
Prasasti ini berisi kumpulan doa-doa bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
5. Kedukan Bukit
Isi prasasti Kedukan Bukit berkaitan dengan kisah seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang melakukan perjalanan menggunakan perahu, dan berhasil menaklukan daerah lain.
6. Telaga Batu
Prasasti ini berisi mengenai kutukan bagi siapa saja yang berbuat jahat dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya.
7. Leiden
Prasasti terakhir yakni prasasti Leiden, berisi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Chola.
Nama Raja-Raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya, antara lain :
Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha di Asia Tenggara. Lokasi yang strategis membuat rute jalur laut dimanfaatkan sebagai salah satu pemasukan ekonomi, setiap kapal lewat akan dikenai biaya bea cukai.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini beberapa sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, antara lain:
- Akibat serangan dari India, saat itu yang menjadi raja Kerajaan Sriwijaya adalah Sri Sundamani Warmadewa. serangan tersebut berhasil melemahkan Kerajaan Sriwijaya.
- Melemahnya Sriwijaya karena terjadi ekspedisi besar-besaran ke semenanjung Malaya yang diperintahkan oleh raja Kertanegara.
- Munculnya kerajaan islam baru, yaitu Samudra Pasai, yang membuat melemahnya Kerajaan Sriwijaya.
- Serangan pada tahun 1023 dan 1030, serangan tersebut berhasil menawan Raja Kerajaan Sriwijaya.
- Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477, yang mengakibatkan Kerajaan Sriwijaya takluk.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini beberapa prasasti peninggalan prasasti Kerajaan Sriwijaya yang berhasil ditemukan, sebagai berikut :1. Palas Pasemah
Prasasti ini berisi tigabelas kalimat yang menggunakan bahasa melayu kuno, berhasil ditemukan di desa Palas Pasemah tepatnya di sekitar daerah rawa.
2. Hujung Langit
Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya kedua ini dibuat sekitar tahun 997 masehi, ditemukan di desa Haur Kuning, isinya berupa kisah pemberian tanah oleh raja Sima.
3. Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di pesisir pulau bangka, isinya berupa kutukan bagi siapa saja yang membantah sang raja dan struktur pemerintahan kerajaan.
4. Talang Tuo
Prasasti ini berisi kumpulan doa-doa bekas peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
5. Kedukan Bukit
Isi prasasti Kedukan Bukit berkaitan dengan kisah seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yang melakukan perjalanan menggunakan perahu, dan berhasil menaklukan daerah lain.
6. Telaga Batu
Prasasti ini berisi mengenai kutukan bagi siapa saja yang berbuat jahat dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Sriwijaya.
7. Leiden
Prasasti terakhir yakni prasasti Leiden, berisi tentang hubungan baik antara dinasti Sailendra Kerajaan Sriwijaya dengan dinasti Chola.
Nama Raja-Raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya, antara lain :
- Srijayanasa (Dapunta Hyang), berkuasa pada tahun 671
- Rudra Vikraman (Lieou Teng Wei Kong), tahun 728
- Sri Indrawarman (Shih Li T'o Pa Mo), Tahun 708
- Sri Maharaja, berkuasa dari tahun 775
- Rakai Panangkaran, raja dari tahun 778
- Samaragrawira, 782
- Samaratungga, 792
- Balaputradewa, berkuasa pada tahun 856
- Sri Udayaditya Warmadewa
- Sri Caudamani Warmandewa
- Sri Mara Vijayottunggawaran
- Sangrama Vijayottunggawaran
- Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
0 komentar:
Posting Komentar